Nasib Industri Gula Indonesia


Ada pepatah, ada gula ada semut yang artinya
Orang akan tertarik untuk datang ke tempat yang menjanjikan kesejahteraan. (source kamus peribahasa)
Sejak tahun 1967 Indonesia sudah mengimpor gula, kebijakan ini mulai berlanjut hingga sekarang.mengimpor gula Gula salah satu kebutuhan pokok bagi umat manusia,
Apa itu gula?
Gula adalah suatu karbohidrat sederhana yang menjadi sumber energi dan komoditi perdagangan utama. Gula paling banyak diperdagangkan dalam bentuk kristalsukrosa padat. Gula digunakan untuk mengubah rasa menjadi manis dan keadaan makanan atau minuman. Gula sederhana, seperti glukosa (yang diproduksi dari sukrosa dengan enzim atau hidrolisis asam), menyimpan energi yang akan digunakan oleh sel ( source wikipiedia)

Kamis lalu,  8 juni 2017 diskusi nasional di Kementerian Pertanian, Ragunan Jakarta, di hadirkan para panelis  Bapak Dr Ir Agus Wahyudi MS , Direktur Tanaman Semusim dan Rempah, Bapak Wahyu Kuncoro Deputi Bidang Usaha Industri Agro dan Farmasi - Kementerian BUMN, Bapak Prof. Dr Ir Agus Pakpahan Direktur Eksekutif Asosiasi Gula Indonsia dan yang terakhir bapak Agung Primanto Sekjen Ikatan Ahli  Gula Indonesia (IKGI).



Diskusi Nasional Gula Indonesia 



Sumber gula di Indonesia sejak masa lampau adalah cairan bunga (nira) kelapa atau enau, serta cairan batang tebu. Tebu adalah tumbuhan asli dari Nusantara, terutama di bagian timur.
Ketika orang-orang Belanda mulai membuka koloni di Pulau Jawa kebun-kebun tebu monokultur mulai dibuka oleh tuan-tuan tanah pada abad ke-17, pertama di sekitar Batavia, lalu berkembang ke arah timur.
Puncak kegemilangan perkebunan tebu dicapai pada tahun-tahun awal 1930-an, dengan 179 pabrik pengolahan dan produksi tiga juta ton gula per tahun[1]. Penurunan harga gula akibat krisis ekonomi merontokkan industri ini dan pada akhir dekade hanya tersisa 35 pabrik dengan produksi 500 ribu ton gula per tahun. Situasi agak pulih menjelang Perang Pasifik, dengan 93 pabrik dan prduksi 1,5 juta ton. Seusai Perang Dunia II, tersisa 30 pabrik aktif.
 (source Wikipedia)

Gula merupakan kebutuhan pokok sehari-hari. Baik untuk campuran minuman dan makanan. Kita tidak bisa terlepas dari pemakaian gula. Sayangnya produksi gula mulai merosot. Banyaknya produsen makanan dan minuman menggunakan gula bukan berbahan dasar tebu melainkan pemanis buatan atau lainnya. Ini membuat perputaran kebutuhan gula dan peroduksi gula menurun, dan harga menjadi naik.

Perumusan masalah perkebunan tebu dan industry gula :
a.       Harga gula dipasar dunia terus menurun
b.       Harga pasar dunia tahun 1999 merupakan harga terendah dalam sejarah
c.       Produksi gula pada tahun 1999 merupakan produksi gula terendah dalam      
          sejarah, yaitu hanya 149 juta ton.
d.       IMF membatasi BULOG hanya boleh menangani beras selebihnya tidak 
         diperbolehkan
e.       Petani tebu resah dan menuntut perlindungan  kepada pemerintah
f.        Dengan dicabutnya  INPRES no.9 tahun 1975 pada 1998, diperlukan strategi 
          dan kebijakan baru.


Macetnya riset pergulaan, pabrik-pabrik gula di Jawa yang ketinggalan teknologi, tingginya tingkat konsumsi (termasuk untuk industri minuman ringan), serta kurangnya investor untuk pembukaan lahan tebu di luar Jawa menjadi penyebab sulitnya swasembada gula[1].
Pada tahun 2002 dicanangkan target Swasembada Gula 2007[2]. Untuk mendukungnya dibentuk Dewan Gula Indonesia pada tahun 2003 (berdasarkan Kepres RI no. 63/2003 tentang Dewan Gula Indonesia)[3]. Target ini kemudian diundur terus-menerus[2].
 
gb Perkebunan Tebu- source Agribisnis 
Permasalahan Gula Nasional :
On Farm 
  • Sulitnya pengembangan arela baru dan mempertahankan lahan yang sudah ada. Produktivitas lahan relative semakin rendah
  • Keterbatasan infrastruktur terutama di wilayah pengembangan luar jawa
  • Kurangnya penciptaan dan persediaan bibit unggul baru dah mulai  berkurangnya tenaga kerja sector budidaya
  • Keterbatasan akses permodalan bagi produsen/ petani sehingga penerapan teknologi belum optimal
  • Kurangnya sarana irigasi terutama pada wilayah pengembangan / lahan kering
  • Dukungan kebijakan (jaminan rendemen, kartu tani, subsidi pupuk, pajak petani)


Off Farm
  1. Beberapa pabrik gula memiliki kete3rbatasan kapasitas giling, sehingga tidak mampu bersaing.
  2. Banyak pabrik gula berumur tua sehingga  tingkat efisiensi pabrik rendah. Implementasi mekanisasi dan otomatisasi masih terbatas
  3. Kualitas gula relative tidak stabil
  4.  Biaya produksi relatif tinggi(tenaga kerja, energy, teknologi mesin produksi)
  5. Belum berkembangnya diversifikasi dan hilirisasi produk berbasis tanaman tebu guna meningkatkan daya saing.
  6.  Kesiapan berkompetisi di pasar



Kita melihat bahwa produksi gula  terjadi peningkatan sebanyak 0.5juta ton area tebu peningkatan sebanyak 50 ribu ha dan produktivitas gula mengalami peningkatan sebanyak 0.45 ton/ha.
Wilayah penghasil produksi tebu nasional
( gambar table, menunjukkan paling banyak di wilayah timur yaitu jawa timur sebanyak 45%.




Tabel Area Tebu & Produksi Gula 2016



Strategi pencapaian sasaran :
Perluasan area sebesar 50 ribu ha dgn cara :


     a. Mengembalikan areal tebu rakyat 20.000ha. Jatim 8000 ha , Jateng 3.000ha, Sulsel 1500ha, lampung 3500ha dan lainnya 4000ha

b. Perluasan areal tebu rakyat baru 10.000ha yaitu Jatim 4000ha, Jateng 2000ha, Jabar 1000ha, Sulsel1000ha, Lampung 2000ha.

c. Perluasan areal dari PG ( Pabrik Gula) baru luar jawa minimal 20.000ha yaitu Lampung 8000ha, DKI 10.000ha NTB 10000ha, NTT 8000ha.


      Peningkatan produktivitas gula sebanyak 6ton/ha yaitu :
a.       Bongkar raton bertahap
b.       Pengembangan pompa dan sumur (dalam)
c.       Mekanisasi dengan grouping lahan dan pengembangan UPJA
d.       Penyediaan benih
e.       Pengembangan kemitraan antara petani dan PG ( Pabrik Gula)



Perkembangan Produksi Gula 2006-2016

Hasil produksi gula  di Indonesia ( gambar table) tahun 2009-2016, cenderung menurun sebanyak 4,1%


Kita bisa menarik kesimpulan bahwa masalah utamanya dalah bahan baku tebu yang hamper seluruhnya diproduksi petani, maka langkah mengatasi masalah adalah pemberdayaan institusi petani.



Hasil Empiris dalam grafik


Arah pengembangan ke depan ?

  1.       Jaminan ketersediaan bahan baku, sehingga terjamin waktu giling 150 hari (efektif 135 hari)
  2.       Mekanisasi, Otomatisasi, Hilirisasi, Diversifikasi, dan Integrasi
  3.       Potensi pengembangan PG ( Pabrik Gula) yaitu : 

a.       Memiliki areal yang memadai
b.       Kapasitas desain Pabrik Gula minimal 4.000TCD  expandable ke 6000 TCD
c.       OR minimal 80%
d.       Uap % tebu paling besar 0.5 mengarah ke 0.45

Kemungkinan ini adakan bisa terlaksana bila didukung oleh pemerintah juga para investor. Kedepan kemungkinan yang bisa dilakukan dengan di bentuknya Sugar Fund.


skema sugar fund



"Revolusi Gula Indonesia, kalau pingin  Gula Indonesia maju. Pengusaha jangan di manjakan dan perlunya membangun Pabrik Gula baru dan Pabrik Gula yang tidak produktif di tutup saja. Petani tebu juga mulai lebih diperhatikan dari mendapatkan bibit, menanam sampai menjual hasil, " ujar bapak Agus Pakpahan.


Semoga tercapai swasembada Gula Nasional, mari dukung pemerintah, petani dan pengusaha. Majulah Gula Nasional, Gula Indonesia!! 




2 comments:

  1. Semoga gula nasional makin diminati dan merata penyebarannya

    ReplyDelete
  2. dua bulan lalu aku dengar informasi ada investor dari Taiwan berencana mau buat pabrik gula dan perkebunan tebu di 3-4 provinsi Indonesia, tapi masih terkendala luas lahan dan juga peraturan daerah setempat.

    ReplyDelete

Terima kasih atas komentarnya. Mohon maaf, komentar SPAM dan mengandung link hidup, akan segera dihapus.